Jumat, 18 Februari 2011

Tamini

Gue nge-update malem-malem banget. Maaf, gue udah tepar banget di malam malam banget dan gue lesu banget di malem malem banget dari siang-siang banget sampe malem-malem banget. Sepulangnya gue dari Tamini, gue kayak manusia yang kehilangan hasrat untuk hidup, bunuh diri, dan tidak menyangka akan hidup sebagai Zombie. Inilah gue, Zombie ga niat hidup. "Hidup segan Mati tak mau" jadi "Hidup males Mati tak dikabulkan".

Pagi, kita berkumpul di parkir-an. Tidak ada yang istimewa, hanya ada satu anak yang gak ikut, Selebihnya pada ikut. Kami masuk mobil dan sibuk masing-masing. Kiki, yang biasanya pelit ngasih kerikil emas aja gak mau, tumben banget mau ngasih gue ama Ella : 2 bungkus noori, dan setengah permen Nestle yang dijual di koperasi dengan label "Permen import asli dari USA" (Gue gak tahu kenapa USA nya ditebelin, maka gue mengansumsi biar gak dikira orang singkatannya Universitas Sapi Amazon). Dan, sejam kemudian sampai lah kami di Tamini! 

Sesampainya, gue langsung turun mobil (Bersemengat, sampai dikira kebelet muntah uang ama badut-badut Tamini) dan mulai jalan. Pertama kami ke Jambi. Gue, sok kenal kebudayaan, hanya meng-angguk angguk saja. Padahal gue gak ngerti. Kita mengitari banyak sekali rumah adat berdasarkan provinsi. Rasanya lelah sekali, gue pengen banget ngempesin sepeda yang dipakai oleh keluarga dari belanda untuk mengelilingi tamini (Belum tau dari Belanda atau Switzerland, gue aja yang sok tau), atau ban mobil bus sekolah IBS yang gue gak tau singkatan dari apa. Melihat murid-murid ibs yang semuanya bule dan china, gue memprediksi sekolah "Impian Bule Semua". Di daerah Sumatra Barat, kita disambut badut. Gue, yang suka iseng, nampol pantat badutnya dan lari. Tidak terasa seperti pantat, pantat badut itu menonjol dan keras. Jangan bilang mereka pake glove baseball gede di pantat mereka, hilang sudah cita-cita gue jadi badut istana presiden.

Setelah makan di cfc, beli oleh-oleh buat keluarga, gue nungguin yang lain yang sedang naik gondola. Gue yang takut ama ketinggian mengurungkan niat gue buat kelihatan keren. Gue dan Kiki nungguin. Disana kami adalah korban-korban yang menyaksikan satu RW anak tk beraris untuk naik Gondola. Gue berdoa biar rombongan Ella dkk cepat-cepat turun sebelum kematian menjemput. 

Disana, ada badut lewat. Gue, yang keren, dimintai tangannya. Kami bersalaman. Gue senyum kaya senyumnya Barrack Obama lagi salaman sama pak SBY. Senyum paksa campur rasa ingin cepat-cepat melepaskan tangan dari tangan itu. Dan, gue tendang pantatnya. Rasa keingintahuan gue apakah pantat badut-badut itu benar dari glove Baseball tidak bisa hilang. Badut itu melihat kami, dan gue nunjuk Kiki. Setelah beberapa menit gue sadar kalau ternyata badut yang gue tendang pantatnya itu wanita.

Di mobil, gue tidur sesaat. Gue terbangun gara-gara gue ngeliat siluet kak Audrey yang suruh "Tidur tuh, photo! Photo". Gue langsung bangun dan mengancam. Tidak lama, gue moto Ghina yang sedang tidur. Gue ditempeleng. Tapi, gambar itu gue hapus karna gue gak tegaan. Akhirnya kami cerita-cerita tentang masa lalu, dan balik ke sekolah. 

Kembali kesekolah, dengan pedang menonjol keluar dari tas, dan ditertawakan..

0 Orang yang baik:

Posting Komentar