Kamis, 08 Agustus 2013

Renungan Di Perjalanan

0 Orang yang baik
Akhirnya dapet wifi! Setelah 8 jam lebih duduk di atas bis, maka gue harus menceritakan detailnya karna ini unik sekali.

Jadi, untuk tahun ini, ibu gue (mendadak) memutuskan untuk Lebaran pergi ke Thailand. Maka dari Riau, kami naik pesawat ke Kuala Lumpur, nginep semalam disana, dan cari-cari tiket kereta dan bus menuju Hadyai, Thailand. Tiket pesawat penuh, tiket kereta penuh. Alhasil kami datang ke stasiun bis dengan berbekal doa dan beberapa ringgit, akhirnya masih diberi kesempatan untuk dapet tiket dan pergi ke Thailand.




Tepatnya diberi kesempatan ama calo.





Kami dikenakan harga 10 RM lebih mahal dari yang seharusnya @75 RM. Maka, dengan berat hati dan memohon restu Tuhan, tiket itu akhirnya kami beli juga. Mau ngapain lagi di Kuala Lumpur soalnya? Memang main destination-nya juga Thailand, jadi ya berkorban sedikitlah untuk mendapat yang diharapkan. Rasanya memang gak semua jalan-nya mulus kan?

Masalahnya, ini gak berakhir di calo doang.


Saat tiba kami waktunya di bus, calo itu ngambil tiket kami dan pergi gitu aja. Akhirnya pas kondektur bis-nya minta tiket kami, kami harus menahan malu dan menjelaskan every detail. Untung kami kelihatan kayak turis. Kalau nggak, turunlah kami di tengah jalan.

Bis ini bertujuan ke Thailand. Maka gak heran kalau banyak orang dari Thailand yang mungkin, yaah, abis berlibur ke Kuala Lumpur. Ada satu rombongan besar keluarga Thailand. Mereka memberi kesan buruk ke gue. Berisik banget di bus. Mukul-mukul langit-langit bus, gue kira salah satunya keterbelakangan mental, mungkin dia keterbelakangan sifat. Maka seteah ganti bus gue cepat-cepat ngambil kursi di depan. Duduk di sebelah bapak-bapak dari US dan dikelilingi orang Malaysia dan bule-bule. Gue sebagai keturunan Thailand-China sepersepuluh merasa sangat kecewa dengan kelakuan para saudara-saudara sangat jauh gue.

Di migrasi, kami berurusan dengan semuanya kira-kira selama 4 jam. Penuh banget, padet. Migrasi-nya outdoor pula. Namun gue percaya setiap rintangan pasti ada hadiah yang memanjakan. Taunya tidak.

Supir bis kami gak balik-balik. Mereka adalah tiga orang India berambut panjang sama persis dengan satu sama lain. Akhirnya kesimpulan dari perjalanan gue adalah; Ditipu sebelum berangkat, belum nyampe pun ditipu kembali. Padahal Hadyai masih jauh kayak jarak dari Sentul ke sekolah gue. Eh jadi kangen sekolah..

Selama di bis, bapak-bapak tua dari USA itulah yang jadi teman ngobrol gue. Awalnya gue yang sapa, dan kami jadi ngobrol panjang. Ternyata bapak itu sebenernya asli Nepal, dan tinggal di USA selama 11 tahun. Sanak keluarganya bermukim di Canary Islands.

Tiba-tiba dia cerita tentang istrinya yang meninggal tiga tahun lalu. Katanya, istrinya mengidap penyakit kanker otak dan setelah melakukan operasi, almarhum menderita sakit-nya selama 3 tahun. Setelah 3 tahun yang panjang, akhirnya istrinya meninggal. Gue bilang, liat aja positifnya, setidaknya istrinya tidak harus kesakitan lagi. Dia hanya tersenyum dengan mata berkaca-kaca. Semenak itu dia pergi-pergi ke satu negara ke negara lain. Bapak USA ini baru saja dari Singapore, Bangkok, Kuala Lumpur, dan menuju Phuket. Akan pergi ke Tokyo setelahnya. Sebelumnya dia pun sudah menjelajahi Inggris, Vietnam.

Lalu gue berpikir (dengan serius)

Apakah dengan berpergian seperti itu, bapak itu bisa melupakan kesepiannya?

Rasanya tidak, karna dia masih saja berpergian. Rasanya mungkin itu bentuk pelariannya, setelah kehilangan orang yang amat disayangnya.

Kehilangan orang yang disayang itu memang pahit banget. Gue pun ngerasain. Bukan, bukan karena kehilangan pacar karna sampai detik ini juga masih belum ada juga...... tapi kehilangan, yah.. teman baik.

Mana ada istilah ex-bestfriend kan?

Itupun karna kebodohan gue juga jadi yah....

Ternyata dunia pun belum tentu bisa gantiin orang yang disayang.

Selamat hari Lebaran! Maafkan aku!